Sejarah Kerajaan Massenrempulu Kabupaten Enrekang
Sejarah Kerajaan Massenrempulu Kabupaten Enrekang - Massenrempulu atau lebih dikenal
dengan Kabupaten Enrekang merupakan satu Dari berbagai Daerah Tingkat II
Provinsi Sulawesi Selatan dengan Luas Wilayah 1.786.01 km².
Ditinjau
dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang memiliki kekhasan
tersendiri. Hal tersebut disebabkan karena kebudayaan Enrekang berada di antara
kebudayaan Bugis, Mandar dan Tana Toraja. Bahasa daerah yang digunakan di Kabupaten
Enrekang secara garis besar terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang
berbeda di Massenrempulu', yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri
dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Alla', Baraka, Malua, Buntu Batu,
Masalle, Baroko, Curio dan sebagian penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa
Enrekang dituturkan oleh penduduk di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian
penduduk di Kecamatan Anggeraja. Bahasa Maiwa dituturkan oleh penduduk di
Kecamatan Maiwa dan Kecamatan Bungin. Melihat dari kondisi sosial budaya
tersebut, maka beberapa masyarakat menganggap perlu adanya penggantian nama
Kabupaten Enrekang menjadi Kabupaten Massenrempulu', sehingga terjadi
keterwakilan dari sisi sosial budaya.
Sejak abad XIV,
daerah ini disebut MASSENREMPULU' yang artinya meminggir gunung atau menyusur
gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau
PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain
yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi
Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika
dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan sudah
mendekati kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari
gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ± 85% dari seluruh
luas wilayah sekitar 1.786.01 Km².
Menurut sejarah,
pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang bernama
MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG dengan sebuah federasi
yang menggabungkan 7 kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi ”PITUE
MASSENREMPULU”, yaitu:
1. Kerajaan Endekan
yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan
2. Kerajaan Kassa yang
dipimpin oleh Arung Kassa'
3. Kerajaan Batulappa'
yang dipimpin oleh Arung Batulappa'
4. Kerajaan Tallu Batu
Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu Batu, Malua, Alla'. Buntu Batu
dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla' oleh
Arung Alla'
5. Kerajaan Maiwa yang
dipimpin oleh Arung Maiwa
6. Kerajaan Letta'
yang dipimpin oleh Arung Letta'
7. Kerajaan Baringin
(Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin
Pitu (7)
Massenrempulu' ini terjadi kira-kira dalam abad ke XIV M. Tetapi sekitar pada
abad ke XVII M, Pitu (7) Massenrempulu' berubah nama menjadi Lima
Massenrempulu' karena Kerajaan Baringin dan Kerajaan Letta' tidak bergabung
lagi ke dalam federasi Massenrempulu'.
Akibat dari politik Devide
et Impera, Pemerintah Belanda lalu memecah daerah ini dengan adanya Surat
Keputusan dari Pemerintah Kerajaan Belanda (Korte Verkaling), di mana
Kerajaan Kassa dan kerajaan Batu Lappa' dimasukkan ke Sawitto. Ini terjadi
sekitar 1905 sehingga untuk tetap pada keadaan Lima Massenrempulu' tersebut,
maka kerajaan-kerajaan yang ada didalamnya yang dipecah.
Beberapa bentuk
pemerintahan di wilayah Massenrempulu' pada masa itu, yakni:
1. Kerajaan-kerajaan
di Massenrempulu' pada Zaman penjajahan Belanda secara administrasi Belanda
berubah menjadi Landshcap. Tiap Landschap dipimpin
oleh seorang Arung (Zelftbesteur) dan dibantu oleh Sulewatang dan
Pabbicara /Arung Lili, tetapi kebijaksanaan tetap ditangan Belanda sebagai Kontroleur.
Federasi Lima Massenrempulu' kemudian menjadi: Buntu Batu, Malua, Alla'(Tallu
Batu Papan/Duri), Enrekang (Endekan) dan Maiwa. Pada tahun 1912 sampai dengan
1941 berubah lagi menjadi Onder Afdeling Enrekang yang
dikepalai oleh seorang Kontroleur (Tuan Petoro).
2. Pada zaman
pendudukan Jepang (1941–1945), Onder Afdeling Enrekang berubah
nama menjadi Kanrikan. Pemerintahan dikepalai oleh seorang Bunkem
Kanrikan.
3. Dalam zaman NICA
(NIT, 1946–27 Desember 1949), kawasan Massenrempulu' kembali menjadi Onder
Afdeling Enrekang.
4. Kemudian sejak
tanggal 27 Desember 1949 sampai 1960, Kawasan Massenrempulu' berubah menjadi
Kewedanaan Enrekang dengan pucuk pimpinan pemerintahan disebut Kepala
Pemerintahan Negeri Enrekang (KPN Enrekang) yang meliputi 5 (lima) SWAPRAJA,
yakni:
·
SWAPRAJA ENREKANG
·
SWAPRAJA ALLA
·
SWAPRAJA BUNTU BATU
·
SWAPRAJA MALUA
·
SWAPRAJA MAIWA
Yang menjadi
catatan atau lembaran sejarah yang tak dapat dilupakan bahwa dalam perjuangan
atau pembentukan Kewadanaan Enrekang (5 SWAPRAJA) menjadi DASWATI II / DAERAH
SWANTARA TINGKAT II ENREKANG atau KABUPATEN MASSENREMPULU'.
Adapun pernyataan
resolusi tesebut antara lain:
·
Pernyataan Partai/Ormas Massenrempulu' di Enrekang pada tanggal 27
Agustus 1956.
·
Resolusi Panitia Penuntut Kabupaten Massenrempulu di Makassar pada
tanggal 18 Nopember 1956 yang diketuai oleh almarhum Drs. H.M. RISA
·
Resolusi HIKMA di Parepare pada tanggal 29 Nopember 1956
·
Resolusi Raja-raja (ARUM PARPOL/ORMAS MASSENREMPULU') di Kalosi pada
tanggal 14 Desember 1956
0 komentar: